Indahnya Hidup Damai |
Perbedaan agama seringkali menjadi penghalang bagi terwujudnya kehidupan yang toleran, harmonis, jauh dari prasangka dan tindak-kekerasan. Beberapa tahun terakhir, banyak muncul konflik dan kekerasan atas nama agama, sebut saja pengeboman masjid di Cirebon serta konflik agama di Poso. Fenomena itu berawal dari masalah kecil yang terjadi antar individu yang berbeda agama dan berujung pada konfilk besar yang mengatasnamakan kepercayaan.
Pertentangan ini bisa muncul jika seorang lebih mengagung-agungkan agamanya dan menganggap rendah agama lain. Segala hal yang menyangkut agama lain dianggap negatif, tidak benar, dan bahkan musuh yang tidak wajib dihormati. Pandangan tersebut akhirnya menjadi embrio lahirnya konflik antar umat beragama. Di sisi lain prasangka juga menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik ini. Prasangka merupakan fenomena yang terjadi antar kelompok yang cenderung berkonotasi negatif (Kuppuswamy, 1973). Prasangka bisa muncul karena adanya konflik atau kompetisi antar kelompok. Maka untuk mengatasi terjadinya konflik antar agama perlu ditingkatkan toleransi antar umat.
Konsep toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya toleransi sudah eksis sejak Islam itu ada. Karena sifatnya yang fleksibel, maka toleransi dalam Islam hanyalah persoalan komitmen untuk mempraktikkannya secara konsisten. Toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi disini adalah mu’amalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar.
Kurangnya toleransi antar umat beragama akan berdampak signifikan pada pola kehidupan bermasyarakat, misalnya dampak fisik seperti; korban jiwa, luka berat dan ringan, juga terjadi pemerkosaan dan pelecehan seksual terhadap kaum perempuan. Sarana permukiman, seperti masjid/ musala, gereja, rumah penduduk, pusat perdagangan, sarana pendidikan umum, sarana transportasi, dan fasilitas kesehatan juga mengalami kerusakan berat. Selain itu, konflik yang terjadi akan menjatuhkan wibawa pemerintah di mata masyarakat, hilangnya sikap demokrasi dan penghormatan terhadap perbedaan pendapat. Konflik beragama juga akan berdampak pada ekonomi seperti hilangnya sumber produksi masyarakat karena aktivitas perekonomian terganggu. Akibatnya, kemiskinan meningkat. Belum lagi dampak psikis yang timbul antar dua agama yang bersitegang, retaknya hubungan, dendam tumbuh subur, benci, saling curiga bahkan pembunuhan.
Islam, bila didefenisikan, adalah agama yang mengayomi seluruh alam semesta (Rahmatan lil ‘alamiin). Bukan berarti Islam mencampubaurkan agama yang sudah ada. Tapi, Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah, karena itu tak mungkin disamakan.
Hal ini terwujud dalam persaudaraan universal yang ada selama ini. Nabi Muhammad menyatakan, “Sayangilah orang yang ada di bumi maka akan sayang pula mereka yang di langit kepadamu”. Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan dalam suatu masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan. Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah. Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW di Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah. Syari’ah telah menjamin bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Karena pemaksaan kehendak kepada orang lain untuk mengikuti agama kita adalah sikap a historis, yang tidak ada dasar dan contohnya di dalam sejarah perkembangan Islam. Justru dengan sikap toleransi yang sangat indah inilah, sejarah peradaban Islam telah menghasilkan kegemilangan sehingganya dicatat dalam sejarah peradaban dunia hingga hari ini dan insyaallah di masa depan.
Di antara kasus yang terjadi saat sekarang, tidak ada solusi lain selain toleransi. Masing-masing pihak harus bisa mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati keunikan masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak-haknya.